Pahlawan tanpa tanda jasa adalah sebutan yang sangat tepat untuk profesi seorang guru. Guru merupakan pejuang pendidikan yang memiliki peran penting dalam mencerdaskan bangsa. Tapi sayang sekali jasa-jasa guru yang begitu tinggi itu tidak berimbang dengan penghasilan yang mereka dapatkan. Mungkin bagi guru PNS, hal semacam itu tidak jadi soal, tapi bagaimana dengan mereka yang menjadi guru swasta ataupun honorer? Nasib mereka hanya ditentukan dengan banyaknya jumlah jam mengajar tiap minggunya. Miris sekali, sebab rata-rata nilai uang yang dihasilkan dari tiap jam mata pelajaran tersebut sangat minim, bahkan terkesan kurang manusiawi.
Demi mencukupi kebutuhan hidup diri dan keluarga, seorang guru swasta ataupun honorer terpaksa melakukan pekerjaan sambilan. Ada yang bertani, berternak, jualan, dan masih banyak lagi usaha sampingan yang mereka lakukan. Yang sangat mengenaskan adalah ketika beberapa malam yang lalu Ombung nonton sebuah acara drama realiti show di salah satu stasiun televisi swasta nasional. Pada waktu itu Ombung menyaksikan bahwa ada seorang mantan guru olahraga yang menjadi tukang copet dan merangkap sebagai preman terminal. Ini adalah realita hidup yang dialami oleh guru-guru kita, mereka terpaksa mengerjakan pekerjaan sampingan ataupun malah beralih profesi demi mencukupi kebutuhan hidup yang kian hari makin melambung tinggi.
Selain masalah perekonomian, seorang guru juga dihadapkan dengan tantangan yang sulit dalam mencerdaskan para muridnya. Dan kita ketahui bersama, bahwa murid-murid zaman sekarang banyak yang kurang/tidak sopan terhadap gurunya, mereka sulit diatur, suka melawan, dan gemar menyepelekan guru. Sebagian dari murid-murid tersebut malah beranggapan bahwa orang tua mereka telah membayar mahal biaya sekolah, itu sama saja orang tua merekalah yang memberi makan para guru-guru tersebut, jadi mereka suka bertindak semaunya di sekolah. Terlebih lagi kadang acara-acara sinetron di televisi juga menampilkan adegan yang kurang baik tentang prilaku seorang murid terhadap teman dan gurunya, tentu hal ini merupakan contoh buruk bagi dunia pendidikan generasi muda negeri ini.
Kini, wajarlah jika kita sering melihat berita di media tentang demonstrasi para guru swasta dan honorer yang getol-getolnya memperjuangkan nasibnya. Para tenaga pendidik dan kependidikan tersebut memang tidak mengharapkan tanda jasa, akan tetapi mereka hanya minta diperlakukan layaknya seorang manusia yang memang sepatutnya dihargai, mengingat begitu besarnya jasa-jasa yang mereka berikan bagi generasi bangsa ini. Dengan menaikkan gaji guru sesuai atau di atas UMR, adalah bukti penghargaan bagi mereka, yang sudah sepantasnya mereka dapatkan.
Secara pribadi Ombung berterima kasih terhadap usaha pemerintah yang saat ini mulai memperhatikan nasib tenaga pendidik di negeri ini, dan mohon dikembangkan hingga merambah pada tenaga kependidikannya juga, serta dipercepat proses penyelesaiannya. Sebagai usul, kedepannya diharapkan pemerintah mau mengeluarkan peraturan yang mengharuskan tiap sekolah terutama sekolah swasta agar memberikan gaji minimal sesuai Upah Minimum Regional (UMR) kepada Tenaga Pendidik dan Kependidikannya. Jika Peraturan tersebut dilanggar maka pemerintah perlu melakukan tindakan tegas, seperti melikuidasi (kaya’ bank-bank itu loch) sekolah-sekolah tersebut. Akan tetapi bagaimana dengan sekolah yang masuk katagori miskin? Apakah tetap akan dilikuidasi? Tentu tidak! Pemerintah dapat mengambil langkah dengan mensubsidi sekolah-sekolah yang masuk dalam katagori miskin tersebut.
Okelah kalau begitu! Sampai di sini dulu, Salam Hormat Ombung buat para Tenaga Pendidik dan Kependidikan Negeri ini...
Artikel keren lainnya: